ROCK ADALAH SEMANGAT!! ROCK ADALAH PEMBERONTAKAN!! ROCK BUKAN HANYA SEKEDAR BEAT RHYTEM ATAU MELODI. TETAPI LEBIH DARI ITU, ROCK ADALAH JALAN HIDUP!!!

Sunday, January 25, 2009

LOG ZHELEBOUR


DARI berbagai festival musik yang diselenggarakan, mulai dari Festival Lagu Pop Nasional, Lomba Cipta Lagu Prambors, Lomba Cipta Lagu Dangdut, Kontes Band Yamaha hingga Cipta Pesona Bintang di layar kaca (RCTI) ternyata festival musik rock versi Log Zhelebour ke 10, tanggal 10 dan 11 Desember 2004 di Stadion Tambaksari, Surabaya, yang paling tahan banting. Sementara festival dan lomba yang lainnya berhenti karena berbagai hal, salah satu diantaranya karena ketiadaan sponsor.

Penyandang dana dalam pergelaran musik penyanyi atau grup dari dalam mau pun luar negeri dan ajang lomba seperti festival di negeri ini memang sangat diandalkan. AMI (Anugerah Musik Indonesia) yang untuk kesekian kalinya diadakan kali ini didukung Samsung, setelah sebelumnya sempat kalang-kabut ketika Sharp menarik diri menjadi sponsor. Penghargaan bagi industri musik Indonesia itupun menjadi AMI Samsung Award.

Demikian juga festival musik rock versi Log Zhelebour, dikenal sebagai Djarum Super Rock Festival. Perusahaan roikok itu mendanainya sebanyak delapan kali (1984, 1985, 1986, 1987, 1989, 1993, 2001, 2004) dari 10 kali penyelenggaraannya, dengan diselingi Gudang Garam (1991) dan stasiun televisi Indosiar (1996). Tahun-tahun belakangan ini dominasi perusahaan rokok sangat terasa dalam pertunjukan musik pangung, seperti A Mild Live Soundranaline melibatkan sejumlah penyanyi dan grup musik.

Iklan-iklan Djarum Super yang lengkap dengan mobil jeep, rakit, dan jerat tambang pada tebing atau mengidentikkan diri dengan sportivitas olahraga sepakbola dan bulutangkis di media cetak dan elektronik ternyata dirasakan belum terasa cukup. Hingga merasa perlu mengeluarkan dana milyaran rupiah bagi festival musik musik rock versi Log Zhelebour sejak 20 tahun lalu. Menurut manajer senior Djarum Super, Handojo, visi dan missi festival itu kebetulan sesuai dengan manajemen salah satu dari tiga perusahaan rokok terbesar di Indonesia itu.

Untuk memperoleh dukungan sponsor tentu saja tidak mudah. Seperti yang diakui Adrie Subono dari Java Musikindo yang biasa mendatangkan penyanyi dari mancanegara. Apakah penyanyi atau grup sesuai dengan image produksi dan keuntungan apa yang akan diperoleh jika menjadi sponsor sangat diperhitungkan. Bagaimana pun seorang promotor harus benar-benar meyakinkan calon sponsornya dengan berbagai dalih dan alasan. Kalau gagal bisa mengacaukan cash-flow yang sudah disusun. Jadi apa yang diperoleh Log Zhelebour selama 20 tahun menggandeng Djarum Super bisa dikatakan menjadi prestasi tersendiri.


Kiprahnya Ong Oen Log, yang dikenal sebagai Log Zhelebour dalam dunia musik tidak terlepas dari gaya bisnisnya yang melibatkan keluarga. Kerabat, adik hingga nyonya Siong, ibu kandungnya yang semula menentang, menjadi seksi sibuk yang nyaris luput dari perhatian. Kalau sebelumnya Log bisa dikatakan menangani hampir semua hal hingga yang sepele, sebelum mendelegasikannya pada staff yang terdiri dari kerabat dan anggota keluarganya itu.

Pembayaran honor juri atau honor penyanyi dan grup peserta festival sebagai contoh, pernah dilakukannya dengan mengambil uang dari loket penjualan karcis masuk tanpa tanda terima. Uang hasil penjualan tiket itu biasanya dimasukan ke dalam karung dan tidak jarang karung itu minta dibawakan oleh salah seorang juri atau siapa saja yang dikenal dan kebetulan berada di dekatnya. Hingga kalau juri A diberi honor Rp. 200.000,- misalnya, juri B bisa saja memperoleh Rp. 300.000,-. Kalau juri A menuntut kekurangan honornya, Log meluluskan begitu saja.

Pada awal langkah Log, ibunya mengatur tranportasi para pemusik peserta festival dan juri. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, kereta api, pemesanan kamar hotel hingga kendaraan yang mondar-mandir ke tempat acara dilakukan si ibu melalui telpon dan staffnya.

Log merintis karir promotornya sejak tahun 1979 dengan menggelar konser grup band kecil hingga menampilkan grup rock papan atas ketika itu seperti SAS asal Surabaya dengan Super Kid dari Bandung dalam pertunjukan diberinya judul Rock Power. Setelah itu berlanjut dengan penyanyi rock wanita Euis Darliah, Sylvia Saartje, Farid Harja & Bani Adam serta grup Giant Step.

Perkenalannya dengan musik rock diawali laki-laki kelahiran Surabaya, 19 Maret 1959 ini, ketika duduk di bangku SMP. Setelah lulus dari SMA St. Louis Surabaya, 1977, baru dia memulai karirnya sebagai promotor pergelaran musik rock, didahului dengan berbagai kegiatan musik disko.

Dengan sebuah mesin tik dan mengendarai sepeda motor Honda, Log berusaha meyakinkan berbagai pihak termasuk sponsor tentang usahanya mementaskan musik rock yang waktu itu rawan kerusuhan. Promosi berbagai poduk yang waktu itu dilakukan hanya sebatas melalui radio dan spanduk. Sementara TVRI, satu-satunya stasiun televisi, tidak menerima iklan dan musik rock nyaris tidak menjadi pilihan sebagai program acara.

Log perlu waktu lima tahun untuk meyakinkan Djarum Super agar bersedia menjadi penyandang dana sebuah festival musik rock yang dicita-citakannya. Memang menjadi pertanyaan banyak pihak, bagaimana Log mampu melakukan hal itu. Mengingat caranya berkomunikasi sangat sederhana dan menggunakan bahasa sehari-hari minus jurus diplomasi.

Pernah terjadi Log diminta menjadi salah seorang pembicara dalam sebuah diskusi tentang showbiz. Tanpa makalah atau teks dia bercerita panjang lebar tentang karirnya dengan sangat membosankan. Hingga salah seorang peserta meragukan sampai di mana Log bisa bertahan, apalagi jika harus berhadapan dengan calon sponsor. Namun catatan membuktikan Log bahkan melebarkan sayapnya dengan membuat pergelaran grup rock mancanegara seperti Sepultura, Mr BIG dan grup White Lion dan yang terakhir Hellowen. Walaupun ketika manajer grup Sepultura berkomunikasi dengan bahasa Inggris, Log justru menjawabnya dengan bahasa Jawa.

Itulah kelebihan Log. Dia bisa melakukan apa yang tidak dilakukan promotor lain. Sesuai dengan namanya Zhelebour (asal kata selebor, yang bisa berarti semaunya, baik dalam berpakaian, bicara dan bertindak), Log memang tidak perduli dengan komentar orang, apa yang dianggapnya baik dilakukannya. Sepanjang memimpin penyelenggaraan Djarum Super Rock Festival X di Surabaya, dia tidak berpakaian lain kecuali celana sebatas betis, kaos-oblong dan rompi. Bedanya, kalau dulu dia bersepeda motor Honda bebek, sekarang dengan sedan BMW plus sopir.

Ketika mengikuti tour BASF Award di Eropa tahun 1992 bersama sejumlah penyanyi, Log menyepatkan diri menonton film In Bed With Madonna. Karena tanpa teks dan Madonna berbahasa Inggris, langsung dia meninggalkan tempat pertunjukan ketika filmnya baru diputar setengah jam. Maksudnya ingin menyaksikan bagaimana kelakuan Madonna di atas ranjang, ternyata film itu menceritakan kegiatan penyanyi seksi itu di belakang panggung. Bahasa Inggris Log memang hanya sepotong-sepotong, tapi bila perlu dia bicara dengan siapa saja dan memperkenalkan dirinya dengan bangga, “ I’m mister Zhelebour.”

Gayanya itu barangkali cocok dengan musik rock yang digelutinya. Meskipun sebenarnya Log bisa dikatakan tidak mengikuti perkembangan musik rock internasional secara intent, diam-diam sebetulnya dia tahu betul peta musik rock Indonesia. Langkahnya pun sangat tepat ketika memulai karirnya sebagai promotor. Pada tahun 1979 grup rock God Bless merilis album rekaman Cermin yang semua lirik lagunya berbahasa Indonesia. Master rekaman produksi JC Collection itu sekarang menjadi milik Logiss Record, perusahaan rekaman yang didirikan Log bersama Iwan Sutadi Sidartha (ISS) dari Indo Semar Sakti dan Billboard Records. Setelah itu dia memproduksi rekaman God Bless selanjutnya, Semut Hitam, Raksasa dan Apa Kabar dan membuat pertunjukannyan di sejumlah kota tanah air, termasuk Banda Aceh.

Sewaktu suasana politik di Indonesia gonjang-ganjing pada tahun 1997 – 2000, festival rocknya berhenti. Selama kurun waktu tiga hingga empat tahun itu Log menerukan bisnis musik rocknya melalui rekaman God Bles dan Jamrud. Pada saat itulah eksistensi Jamrud sebagai grup rock nomor satu dikukuhkan melalui rekaman-rekamannya yang berhasil mengatasi produk serupa lainnya.

Jadi Log memang identik dengan musik rock. Keberhasilannya menaikan para penyanyi dan grup musik rock ke atas panggung dipertegaskannya dalam memproduksi rekaman lewai album-album Jamrud: Nekad (1996) yang terjual 150.000 kaset dan CD, Putri (1997, 200.000 kaset/CD), dan Terima Kasih (1999, 800.000 kaset dan CD). Keberhasilan ini membawa Jamrud, bersama Log tentunya, tampil di Jepang dan Korea serta melakukan rekaman di Australia. Merasa belum cukup, diterbitkannya tabloid Rock. Tapi sayang usahanya di media cetak ini tidak seberhasil bisnisnya di panggung dan rekaman.

Tapi aneh juga, mungkin karena inilah selebornya Log, sejak bulan Agustus lalu hingga di atas panggung Djarum Super Rock Festival X awal Desember ini, berulang-ulang dia menyatakan akan menghentikan kegiatan festivalnya. Dan hanya berkonsentrasi dalam memproduksi rekaman dan memproduksi pertunjukan untuk Jamrud atau grup lainnya.

Meskipun Log tidak mengatakannnya secara pasti, berita yang terhimpun menyatakan dia merasa kurang puas dengan pihak sponsor yang sangat mengetatkan dana yang dikucurkan. Sebagai perbandingan, sponsor mengucurkan dana Rp. 8 milyar pada tahun 2001, tahun ini Rp. 10. milyar. Memang meningkat dalam jumlah, tapi ongkos produksi juga sudah berkalki-lipat dan daerah para peserta lebih luas.

Alasan Log antara lain adalah bahwa dia merasa sudah tua dan ingin memberi kesempatan ke pada yang muda-muda untuk melakukan hal yang sama. Namun pertanyaannya adalah adakah figur yang seselebor dan setahan banting seperti Log? Dan sanggup melahirkan penyanyi rock seperti Ita Purnamasari, Mel Shandy atau grup rock seperti Elpamas, Grass Rock, Slank, Boomerang dan Jamrud? Ditambah lagi dengan finalis Djarum Super Rock Festival X 2004: Mujizat (Bandung, juara 1), Take Over (Banten, juara 2), Loe Joe (Makasar, juara 3), MR. X (Banjarmasin, juara Harapan) dan dan Daun (Kediri, juara favorit).

Dari teknologi masih sederhana, Log mengawal festivalnya dan meningkatkannya dengan konsisten. Sehingga memacu para pemusik, terutama dari luar pulau Jawa, menekuni perkembangan teknologi yang terus berkembang. Yang akhirnya menyebabkan ketimpangan pengetahuan para pemusik akan hal itu terus berkurang dari tahun ke tahun.

Karena perkembangan teknologi itu seorang pemain keyboard dari luar pulau Jawa pada awal tahun 1990 pernah tidak bisa menguasai peralatan musiknya ketika harus tampil di atas panggung semifinal, hingga grupnya gugur. Tapi semua itu tidak terjadi lagi sekarang. Ironis tentunya sebuah ajang yang sudah teruji selama 20 dan menggelarkan 10 kali festival yang melahirkan sejumlah bintang musik rock berakhir sampai di sini.

Pihak Djarum Super sendiri sebagai sponsor tidak bersedia memberi komentar dan menyerahkannya semuanya ke pada Log. Begitu festivalnya yang ke sepuluh ini selesai, Log tampaknya santai saja langsung merekam 10 finalisnya dan tentunya dia akan sibuk mempromosikan dalam usaha melahiran bintangnya yang baru.

Hanya saja situasi ini memperlihatkan betapa menentukannya peran para sponsor dalam pergelaran sebuah festival. Stasiun televisi Indosiar mendukung AFI, RCTI dengan Indonesian Idolsnya, TPI dengan KDI, TV7 dengan Dream Bands dan Yamaha dengan kontes pemain keyboard dan gitar

Promotor musik perempuan Rini Noor dari Nepathia Production yang juga gandrung dengan musik rock dan pernah bekerjasama dengan Log menggelar pertunjukan grup Hollowen, menandaskan bahwa Log itu one and only. Tidak ada promotor musik di sini yang seperti Log yang memuja promotor tinju Don King itu.

THEODORE KS, Kompas, Kamis 23 Desember 2004

0 comments: